Bondowoso- Sudah menjadi bagian dari tradisi umat muslim, adalah merayakan kelahiran baginda Nabi Muhammad setiap bulan Rabi’ul Awal. Berbagai perayaan dengan iringan sholawat menghiasi sudut-sudut kota dan masjid. Pun demikian, tradisi memperingati bulan maulid dari rumah ke rumah menjadi bagian momen istimewa disebagian wilayah Jawa Timur, diantaranya Bondowoso.
Tidak hanya penduduk perkotaan, keinginan mendapat syafaat baginda Nabi dengan rasa bahagia tiap momen kelahiran Rasulullah, juga dirayakan mereka yang tinggal dilereng pegunungan. Dan hampir semua masyarakat tumpah ruah menyatu merasakan gembira.
Lusa kemarin, penulis mengikuti perayaan maulid yang berlangsung di Desa Gadingsari, kecamatan Pakem. Jangan tanya jalannya. Hampir wilayah pinggiran pegunungan Argopuro bebatuan. Meskipun sebagian sudah ada rabat atau paving. Menyisir jalanan yang berlenggok-lenggok, naik turun. Sesekali memainkan gas dan rem. Lengah sedikit. Jatuh !
Didapuk untuk mengaji dalam acara tersebut. Kami kutipkan dari salah satu kitab karya abuya sayyid Alwi al-Maliki yang berjudul ” Haulal Ihtifal fii Maulidin Nabi “. Diterangkan, bahwa yang pertama kali merasakan anugerah lantaran gembira dengan lahirnya Rasulullah adalah Abu Lahab. Dia merupakan paman Nabi yang terkenal memusuhi Islam. Lantaran mencela Nabi saat berdakwah, Allah lantas membalasnya dengan ancaman siksa dineraka. Namun, dirinya ternyata mendapat keringanan karena merasa bahagia dengan kelahiran Rasulullah. Yaitu dengan memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah.
Dengan demikian, salah satu tujuan besar merayakan maulid Nabi ialah berharap agar mendapat syafaat nanti dihari kiamat. Senada dengan apa yanh disabdakan Rasul yang artinya, ” Siapapun yang menggungkan hari kelahiranku, maka dihari kiamat kelak aku akan memberi syafaat padanya “.
Kisah Abu Lahab ini mengandung pelajaran besar. Jika orang kafir saja mendapat keringanan siksa karena bergembira atas kelahiran Nabi, maka betapa lebih utamanya orang mukmin yang dengan penuh cinta memperingati kelahiran beliau dengan bacaan shalawat, bersedekah serta beramal shaleh. Sementara al-Quran jelas memvonis Abu Lahab dalam surat al-Lahab,
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan benar-benar binasa dia.” (QS. Al-Lahab: 1).
Keringanan akan siksa Abu Lahab ini tertuang dalam gubahan syair yang kami kutip dari kitab Syekh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki diatas, yang berbunyi:
إذا كان هذا كافرا جاء ذمــــــــه * بتبت يداه في الجحيم مخلدا
Bila Abu lahab ini adalah seorang non-Muslim yang jelas dicela dalam ayat ‘tabbat yada’, ia kekal di neraka Jahim.
أتى أنه في يوم الإثنين دائمـــــــا * يخفف عنه للسرور بأحمدا
Ia mendapatkan keringanan siksa di setiap hari Senin, karena gembira atas kelahiran Nabi Ahmad.
فما الظن بالعبد الذي طول عمره * بأحمد مسرورا ومات موحدا
Bagaimana dugaanmu terhadap seorang hamba yang bergembiara atas kelahiran Nabi Ahmad di sepanjang umurnya dan mati dalam keadaan bertauhid?.
Pendeta Nasrani Yang Pertama Kenali Nabi
Sebagaimana penulis baca dalam kitab ” Kholasoh Nuril Yaqin “. Sosok yang pertama kali mengenali nama Muhammad sebagai nabi akhir zaman adalah seorang pendeta Nasrani. Kisahnya, kala Abi Thalib mengajak Rasulullah berdagang ke negeri Syam. Rombongan kafilah dari Arab ini beristirahat di kediaman Bakhiro.
Muhammad kecil tidaklah ikut bersama rombongan, melainkan beristirahat dibawah pohon besar. Uniknya, pohon tersebut selalu menaungi Nabi, sehingga tidaklah sinar matahari berubah, ranting dan dahan pohon selalu menghalangi sengatan matahari menembus tubuh mulia Rasul.
Kejadian tersebut sontak membuat pendeta Bakhiro curiga. Lalu diperhatikan secara seksama, dan yakinlah sang pendeta. Inilah nabi akhir zaman. Bergegas disampaikan pada Abu Thalib, bahwasannya Muhammad kecil jangan dibawa ke negeri Syam. Pasalnya, umat Yahudi ingin mencelakainya.
…
Disampaikan di Desa Gadingsari, kecamatan Pakem, Bondowoso.







