Lensa mahasiswa
Media pers IAI At-Taqwa Bondowoso- bergerak lewat tulisan bergerak dengan karya

Kelangkaan Bahan Bakar Minyak; Imbas Penutupan Jalur Gumitir

Jangan Panik Stok BBM Masih Aman

Bondowoso, Baru-baru ini Masyarakat Bondowoso dihebohkan dengan sebuah fenomena antrean Panjang di sejumlah SPBU dikarenakan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun menariknya kelangkaan ini bukan disebababkan oleh penutupan jalur selat Hormuz yang menjadi penyuplai minyak dunia melainkan imbas daripada penutupan jalur Gumitir yang menjadi penghubung antara Kabupaten Jember dan kabupaten Banyuwangi.

Jalur ini merupakan nadi distribusi tangki BBM dari Fuel Terminal Tanjung Wangi Banyuwangi ke wilayah Jember dan Bondowoso. Selama penutupan berlangsung sejak 24 Juli 2025, waktu tempuh menjadi lebih Panjang dari yang semula hanya 4 jam kini bisa mencapai 11 jam lebih.  Hal ini tentunya berdampak pada keterlambatan pengiriman yang menjadi penyebab utama antrian di SPBU

Dalam teori ekonomi hal ini disebut dengan single-point of failure, ketika satu titik terganggu maka seluruh distribusi akan lumpuh. Seharusnya, pemerintah daerah dan pusat sudah mengantisipasi kemungkinan ini jauh-jauh hari bukan hanya dengan infrastruktur jalan, tapi juga dengan kebijakan diversifikasi jalur dan cadangan logistik.

Pertanyaannya sekarang siapa yang paling dirugikan dari situasi ini ? tentu saja jawaban pastinya adalah rakyat kecil yang menggantungkan hidupnya pada kendaraan roda dua, pedagang keliling, ojek online yang Dimana mereka harus memilih antara mengantri berjam-jam atau membayar dengan harga lebih mahal. Bahkan dibeberapa titik tembus hingga harga 16.000 per liter.

Meskipun Polres Bondowoso telah menyatakan bahwa stok BBM dalam kondisi terkendali, namun hingga kini masyarakat belum mendapatkan kepastian kapan distribusi akan kembali normal. Pertamina memang telah mengerahkan puluhan armada tangki tambahan dan berupaya mencari jalur distribusi alternatif.

Sayangnya, proses pemulihan masih belum menunjukkan titik terang. Distribusi BBM tetap bergantung pada jalur darurat yang lebih panjang, padat, dan rawan kemacetan, sehingga krisis ini belum bisa benar-benar teratasi.

Kejadian ini seharusnya menjadi sinyal pembelajaran bahwa ketahan energi tidak hanya diukur dari ketersedian stok tetapi juga dari seberapa kokoh dan fleksibelnya sistem distribusi yang dibangun. Ketika satu jalur bisa membuat satu kabupaten lumpuh, maka ini bukan sekadar krisis logistik, tapi juga peringatan akan rapuhnya fondasi manajemen distribusi kita.

 

(krisis BBM ini murni hanya karna jalur bukan stok ketersedian jadi mari jangan menambah keaadan ini semakin memburuk dengan tetap mengikuti arahan pemerintah)

Penulis: Khoirur RizkiEditor: Khoifaturrahman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *