Mengapa mereka menyerang pesantren, hingga pengasuhnya ? Benar, benteng utama penjaga utama NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah pesantren. Tatkala melumpuhkan (dengan jalan merendahkan ataupun merusak nama baik) pesantren, diharapkan citra pondok akan runtuh. Perlahan akan lebur sendiri. Tentunya pesantren yang dibawah asuhan para masyayikh Nahdlatul Ulama, seperti Lirboyo, Ploso, Sidogiri, Sukorejo, Nurul Jadid, dan lainnnya.
Siapa yang getol melawan pesantren NU ? Dialah kelompok ekstrimis, Wahabi – Salafi ! Berkali-kali dengan memakai kedok agama. Menyalahkan amaliah warga Nahdlatul Ulama, memvonis kafir, menuduh bid’ah. Puncaknya, pesantren sekelas Lirboyo (yang notabenenya diantara pesantren yang turut membangun bangsa ini), menjadi sasaran tembak mereka.
Dengan segala cara, semua platform media sosial mereka pakai. Hingga saluran televisi ikut menjadi corongnya, salah satunya TRANS7. Terlihat ada deratan program yang kerap menyudutkan, mempermasalahkan, menyalahkan amaliah aswaja. Salah satunya tayangan yang mencederai budaya pesantren kami.
Berulang kali kesalahan mereka berakhir minta maaf. Namun, tiada jera dan menyesal. Seakan mereka sudah kebal hukum, dengan kekuatan uangnya, semua akan lancar dan terlupakan.
Laksana membangunkan singa tidur. Kali ini, minta maaf belum cukup. Trans7 harus memutus kerja denga kelompok mereka beserta perusahan-perusahaan pendukungnya. Apa yang ditayangkan dalam program Xpose Uncencored dengan jelas telah mencoreng nama besar seorang ulama dan pesantren. Media sebesar TRANSTV tidak mungkin salah edit, jurnalisnya tak mungkin abal-abal. Bohong andaikan luput dari pantauan tim.
PH Sandika Widya Cinema selaku perusahaan yang telah merancang video telah diorder TRANS7 untuk membuat tayangan yang merendahkan martabat kyai. Sedangkan pihak yang meloloskan atau memutuskan tayang adalah TRANS7 sendiri. Oleh karenanya, sangat mustahil dikatakan lalai dalam izin penayangan.
Apa yang dilakukan mereka memantik gelombang aksi boikot TRANS7. Gelombang ini tak bisa dibendung lagi. Mulai para alumni pesantren Lirboyo sendiri, hingga kelompok atas nama alumni pesantren se- Indonesia turut serta menjaga marwah kyai dan pesantren. Peringatan untuk transmedia, wahabi dan kroni-kroninya, dimana-mana akan ada aksi-aksi damai untuk mengecam, memboikot, membawa keranah hukum atas kesalahan mereka.
Wahabi – Salafi
Rasulullah SAW, pernah memperingatkan para sahabatnya. Suatu saat nanti akan lahir kaum yang hafal al-quran, rajin sholat malam, dan amalan sunnah-sunnah Nabi. Akan tetapi, ibadah mereka hanya sampai kerongkongan belaka, tidaklah merasuk le lubuk hati mereka. Dialah kaum “khawarij”.
Kini, khawarij menjelma menjadi wahabi – salafi. Dengan slogan ajaran sunnahnya, seakan kelompok merekalah yang bakalan mengisi surga. Lainnya, adalah kafir dan sesat. Sayangnya, ajaran mereka terbendung oleh pesantren-pesantren yang berideologi aswaja, dalam hal ini pondok yang ada dibawah NU.
Ingat sejarah penghancuran makam-makam yang ada di Makkah – Madinah ? Itulah kerjaan mereka. Bahkan, andaikan KH. Hasyim Asyari, KH wahab Hasbulloh dan para ulama dari Indonesia lainnya tidak hadir disana. Besar kemungkinan umat islam tidak akan pernah lagi melihat makam mulia Rasulullah SAW, dimana saat itu juga menjadi target penghancuran.
Mungkin saja, merasa program dakwahnya tidak ada gejolak signifikan dari kaum Nahdliyyin. Entah alasan cuan maupun rating tinggi. Trans7 bersama perusahaan PH SHANDIKA WIDYA CINEMA, tentunya bersama kelompok ekstrimisme harus bertanggung jawab.
Oleh : Ghofur Hasbulloh











